Selasa, 12 November 2013

Kutinggalkan separuh hatiku di Lembah Kasih

Judul trip ini adalah Menggalauwangi bersama Pelangi (Pekerja petualang sejati). Sekilas tentang Pelangi dari sudut pandangku. Pelangi adalah teman, sahabat, dan keluarga. Kami bertemu pertama kali dalam trip ke Switzerland of Java aka. Papandayan. Pelangi bukan hanya untuk kami yang pertama kali bertemu dan bergabung di Trip Papandayan. Pelangi merupakan media untuk siapa saja yang mau bergabung, baik pernah bertemu dalam trip mau pun tidak.
Tanggal 20 September 2013 merupakan tanggal keberangkatan kami dari Kp. Rambutan menuju Cibodas. Perjalanan kali ini ada yang kurang karena my travel mate tidak ikut. Mendadak sahabat saya Cika membatalkan perjalanan kali ini karena ada ujian dadakan. Padahal perjalanan kali ini merupakan latihan atau pemanasan kami sebelum perjalanan ke Mahameru (Puncak para dewa).
Aku berangkat bersama temanku bernama Septian (panggilan popo) menuju Kp. Rambutan. Alhamdullilah jam 10 malam kami sampai di meeting point, hampir saja terlambat. Meski terlambat juga pasti ditunggu karena yang pegang uang transport kan aku qeqe J. Jam setengah 11 kami mulai perjalanan menuju Cibodas. Dalam perjalanan ini, kami ditemani oleh bulan Purnama yang cantik. Aku berharap bisa melihat sejuta bintang dan bulan purnama yang cantik besok malam seperti melihat sejuta bintang dilangit Papandayan.
Pukul 00.43 WIB kami sampai di parkiran Cibodas, segera kami masuk kedalam warung Mang Idi 2 untuk beristirahat sejenak. Aku tidak bisa tidur untuk beristirahat mengisi energi yang telah terkuras. Kebiasaan yang tidak bisa hilang dariku, bila dalam perjalanan aku paling susah tidur (ribet cari tempat pewe aka nyaman). Noted : Lebih baik tidur untuk bisa mengisi tenaga meski tidak mengantuk lebih baik memaksakan diri untuk tidur.

Pendakian dimulai jam 6 pagi meski molor 1 jam dari jadwal tapi kami siap berjuang melewati segala rintangan yang ada. Keep fighting J. Cibodas tempat ini berbeda jauh sekali ketika aku pertama kali menginjakkan kaki disini. Yup 10 tahun lalu, tak terasa waktu telah berlalu sangat cepat. Sedikit bernapak tilas mengingat masa lalu ketika aku mengunjungi curug Cibeureum. Jalan dulu masih berupa tanah dan sedikit batu - batuan. Sekarang berubah menjadi tangga batu yang tersusun rapi. Sedangkan semak belukar yang dialiri oleh belerang kini berubah menjadi sebuah jembatan panjang.
Aku berada di posisi terakhir dari semua orang di team dan yang paling tidak kuat menanjak. Jujur pendakian kali ini merupakan pendakian kedua setelah Papandayan dan pendakian perdana menggunakan carrier. Aku ditemani oleh Solehah, Retno dan Mbah (Ardian). Pukul 13.30 WIB Akhirnya kami sampai di Kandang Badak. Beristirahat sejenak, makan siang dan mengisi tenaga. 
Entah jam berapa aku dan Solehah mulai mendaki kembali mungkin setengah 3 atau jam 3. Yang lainnya duluan sedangkan kira - kira 6-7 orang termasuk si Mbah berada dibelakangku. Mbah selalu berada di belakang karena dia menjadi Sweaper. (Makasih yah Mbah rela dibelakang nungguin yang lelet kayak saya :p). Alhamdullilah kami bertemu dengan Hariez dan Alif. Jujur track dari Kandang Badak menuju puncak Pangrango merupakan track yang melelahkan. Track pohon tumbang dan track PHP. Kenapa aku bilang PHP karena sempat kami bertemu dengan pohon - pohonan yang mulai kerdil (itu tanda bahwa kami mulai dekat dengan puncak) tapi tak lama berjalan pohonan mulai meninggi kembali.
Ditengah perjalanan kami bertemu dengan Fitrah. Fitrah pendaki hebat yang membuat aku takjub. Kenapa aku takjub karena dia bisa tidur selama 1 jam di atas pohon menunggu orang lain datang membawa makanan (Salut sama kamu Fit). Kamu pendaki hebat meski orang lain mengecilkan kamu atas tubuhmu yang gemuk tapi kamu orang yang selalu bisa mencapai puncak.
Setelah puas beristirahat kami melanjutkan perjalanan. Kali ini aku berada di depan dari Fitrah, Solehah, Alief dan Hariez. Aku sempat berteriak kepada yang lainnya "Membungkuk yah ada pohon tumbang". Tapi apa yang terjadi ketika aku berpikir aku telah melewati pohon tersebut aku malah kejedot dan terjatuh beberapa langkah dari tempatku semula. Ini membuat yang lainnya panik. Dan dengan sigap mereka membuka carrier yang aku gunakan dan memberikan aku ruang untuk beristirahat. Tiba - tiba leha memegang pahaku membuat aku hilang keseimbangan otomatis aku mencari pegangan. (Dan ini part yang lucu bila mengingat kejadian ini aku geli sendiri.) Sesuatu yang berada didekatku adalah Fitrah dan sesuatu yang dapat aku raih adalah celana yang digunakannya. Otomatis dia menarik celananya yang melorot karena aku tarik sambil bilang "Hey jangan tarik celana doang." Kontan hal ini membuat kami semua tertawa dan aku mulai merasa pulih meski masih berasa pusing. hingga akhirnya si Mbah datang. "Mbah, Intan jatuh nih. bawain carriernya mbah." Ucap lehah dan langsung aku potong "Tidak apa - apa leh ayo kita jalan". Aku tidak ingin menyusahkan siapa pun karena aku ingin berjuang melawan kelemahanku sendiri. Aku tidak ingin mengeluh hanya karena rasa pusing bekas kejedot tadi.
Hari mulai gelap dan cuaca mulai tak bersahabat. Sesekali terdengar geluduk yang menandakan akan hujan. Tiba - tiba kami bertemu Arco teman Anggie, dia kami temukan tengah berbaring sambil berselimut SB (Sleeping Bag). Sudah bisa ditebak dia mulai gejala hipo. Dengan cepat Alief memberikan Jaket dan tak lama si Mbah datang. Kami harus membuat keputusan yang cepat. Hari makin gelap dan mulai turun rintik - rintik hujan. Aku mulai kedinginan karena terlalu lama berhenti bergerak. Otomatis aku langsung mengambil kedua Jaketku untuk merasa hangat. Sementara Lehah dan Mbah mendirikan tenda darurat, aku diminta masak air. Selagi aku menunggu air matang, aku mulai kedinginan. Lama - lama dinginnya merasuk hingga tulangku. Dan aku hanya bisa melihat Mbah dan Lehah yang tengah mendirikan tenda di seberang tebing. Lama - lama aku merasakan dingin sekali, dan aku mulai menggigil. Tak ada satu pun orang di tebing yang aku duduki sadar aku mengigil dan sulit berucap.
Akhirnya si Mbah memanggil teman - teman wanita yang ada untuk masuk dalam tenda darurat yang dibuatnya. Untuk menghindari kami semua dari hujan yang mulai turun. Dan aku berusaha untuk memanggil si Mbah, aku ingin memberitahu dia bahwa ada yang tak beres dengan diriku. Tapi tak ada suara yang keluar dari mulutku. Hingga si Mbah sadar bahwa ada yang tak beres denganku. Dia menghampiriku "Ayo Tan masuk ketenda." Ucapnya. "Dinginnn..." Ucapku dengan sekuat tenaga yang tersisa. "Ayo cepat ketenda." Pintanya lagi. “Menggigil mbah, ngga bisa bergerak.” Ucapku sekuat tenaga dengan kekesalan atas diri sendiri yang tidak bisa melawan kelemahan tubuhku. “Ayo dipaksa” Ucap si Mbah dan disini pandanganku mulai kabur. Aku memaksakan diriku sendiri dan menjatuhkan tubuhku dari tebing satu dan meraih tebing tempat tenda berdiri. Aku hanya bisa merangkak “Maaf yah sob Jaketnya pasti kotor dibuat merangkak” Pikirku dalam hati. Dan untuk mencapai tebing satunya lagi aku di bantu oleh pendaki lain untuk naik karena aku benar – benar telah kehabisan tenaga. Hingga masuk ke dalam tenda pun aku merangkak hingga menitikkan air mata karena kesal dengan diri sendiri.
Disana aku disambut oleh Solehah dan beberapa teman wanita dalam team perjalanan ini. Segera aku diselimuti dengan hipotermia blanket dan 2 SB. Tapi dinginnya tak juga kunjung reda malah aku makin menggigil kedinginan. Solehah dengan kekhawatirannya mendekapku. Sementara yang lainnya sibuk memasak air. Dan si Mbah mencoba membuat tubuhku terbungkus rapi agar suhu tubuhku meningkat. Dan dia selalu mengajak aku berbicara dan memintaku untuk tak tidur. Aku agak kesulitan berbicara sejak tadi karena kedinginan yang aku alami tapi masih bisa terdengar dengan sisa tenaga yang ada. Rasa kantuk memang ada tapi aku tidak bisa tidur karena masih menjadi kebiasaanku. Aku masih beruntung mempunyai kebiasaan tersebut. Karena bila aku tertidur akan lebih beresiko. Air pun mendidih berbagai cara si Mbah dan yang lainnya lakukan untuk coba menghangatkan diriku. Mulai dari memegang panasnya trangia, tanganku dicelupkan kedalam air mendidih, minum air teh mendidih, memasukkan air panas ke dalam botol dan botol tersebut diletakkan dibawa telapak kakiku, menggosok tanganku, hingga memakai sarung tangan si mbah yang tebal. Tapi rasa dingin tersebut tak kunjung sirna hingga aku terpikir ekspedisi bromo ditengah malam yang dingin tanpa jaket orang – orang tersebut dapat bertahan dengan berdoa dan dzikir maka dengan itu aku agak duduk dan mulai berdzikir. Si Mbah mengajak aku berbicara “Jangan tidur tan.” Ucapnya dan aku hanya mengangguk dan kadang aku hanya berbicara “Iya”. Tapi tetap saja dia meledek karena aku komat kamit sendiri. Dan aku hanya bisa tersenyum. Setelah beberapa saat alhamdullilah panas tubuhku kembali dan aku sudah tidak mengigil lagi hanya menyisahkan rasa dingin karena hujan diluar dan  tenda agak sedikit rembes karena belum dipasang flysheet.
Karena aku merasa sudah lebih baik aku mengajak Mbah dan Solehah “Kita lanjutin perjalanan lagi yuk?” Tanyaku. Tapi ada keraguan dari Solehah dan dia mulai kedinginan. Dan teman – teman yang lain sudah mulai kelelahan. Maka keputusan pun diambil, kami camping darurat di jalur pendakian. Maaf yah kawan – kawan yang lewat. Sempat beberapa pendaki berucap “Hebat ngecamp dipinggir begini.” Aku hanya berucap dalam hati “Ini karena keadaan darurat kalo tidak juga kita tak akan mau.” Maka semua orang keluar tenda kecuali aku karena diluar gerimis dan aku tidak diperbolehkan keluar oleh si Mbah. Karena jadi kerepotan sendiri aku yang memaksa untuk keluar tenda meski sebentar saja dan dia mengijinkan. Dengan cepat dia merapikan tenda dan kami masuk kembali ke dalam tenda. Sementara Hariez, Alif, dan Fitrah memutuskan untuk terus melanjutkan pendakian yang tinggal sebentar lagi. Alhamdullilah mereka sampai dan dapat mengabarkan teman seteam kami yang lainnya bahwa kami semua baik – baik saja dan camping darurat di tengah jalur.
Entah jam berapa kami mulai tidur. Dan aku memeluk solehah yang kedinginan. Tasnya telah berada di lembah kasih karena dibawa oleh Mas Joe. Tiba – tiba terdengar suara dari tebing sebelah aku berpikir sudah jam setengah 5 pagi. Aku membangunkan si Mbah untuk melanjutkan menuju mandalawangi. Ternyata aku salah waktu itu masih jam 2 pagi. Dalam hati aku berkata “Buset lama banget”. Kami pun tidur kembali hingga datangnya pagi. Mentari kini mulai menyapa kami dari balik pepohonan dan kami mulai merapikan semuanya. Kami menitip carrier di tebing satunya karena Mas Arco memutuskan tidak melanjutkan perjalanan ke puncak.
Kami bersembilan melanjutkan menuju puncak Pangrango dan Mandalawangi. Dari tempat terakhir hanya butuh waktu sekitar 1 jam. Tapi karena aku mulai kehabisan tenaga dan semangat, tubuhku mulai banyak mengeluh sehingga si Mbah mensupportku terus menurus hingga dia menyerah membiarkan aku bernapas sedikit. Hingga akhirnya kami berada di puncak Pangrango dan melanjutkan turun ke Mandalawangi. Sampai Mandalawangi aku adalah orang yang paling senang dan berteriak “Mommy minta makan. Aku lapar.” Mungkin yang lainnya berpikir aku gila atau bagaimana aku sudah tidak berpikir itu lagi karena aku senang bisa bertemu dengan yang lainnya. Dan si Mbah berkata dengan Mommy aka Mba Ajeng “Akh yang pengen ngecamp disini kan aku.” Dalam diam aku berucap “Maaf yah mbah aku yang nyusahin koe. Sehingga koe tidak bisa ngecamp di Lembah Kasih. Aku berjanji insya Allah dilain kesempatan aku tidak akan menyusahkan siapa pun.”




Kami bersembilan pun makan dan beristirahat sambil menunggu yang lainnya berberes. Hardi menghampiriku “Ada susu ngga?” Tanyanya. Membuatku sempat bingung baru juga sampai uda ditodong aja. Untung aku membawanya meski hanya 2 sachet dan aku berikan kepada Hardi. Dan tak lama susu hangat pun datang. Dan sungguh nikmat sekali (Terima kasih Hardi). Yang lain sibuk foto sedangkan aku sibuk menatap keindahan Mandalawangi. Disini aku meninggalkan kepingan hatiku disaat kabut tipis turun perlahan di lembah kasih, lembah mandalawangi. Aku menyisahkan jejak kaki yang suatu saat –mungkin- akan aku tapaki kembali. Disinilah aku sadar mengapa lembah kasih begitu melegenda walau hanya sebentar aku berada disini. Ketenangan yang luar biasa kudapat disini. Tempat untuk menyepi, tempat terbaik untuk menyendiri dalam diam. 





Lagi asik masak malah di foto candid kerjaan Mas Joe
Perjalanan pun berlanjut, dari mandalawangi menuju camp darurat untuk beres – beres dan ambil carrier. Sampai di pertengahan jalan aku memutuskan menaikkan speed. Aku bersama Popo gas pool sampai Kandang Badak. Sampai Kandang Badak kami beristirahat dan makan siang. Jam 15.07 wib kami melanjutkan perjalanan, aku memutuskan untuk ngibrit bersama Popo karena aku menginginkan sampai pos pendaftaran sebelum Maghrib. Di tengah perjalanan aku bertemu dengan Mas Joe, dahsyat manusia satu ini. Padahal aku sudah ngacir duluan tetap saja bisa disusul sama dia. Di air terjun cipanas sungguh disini ngerepotin banget deh. Aku harus berpegang tangan pada Popo dan Mas Joe karena aku tak dapat melihat karena embun. Makasih banget yah untuk kalian. Lalu karena aku tak ingin menghambat mas Joe yang cepat, aku memintanya untuk jalan duluan. Akhirnya dia pun mengalah padaku meninggalkan aku dan Popo berdua, tak ada beberapa menit aku jatuh terguling membuat ankle ku sakit. (Cedera ankle ini hingga sekarang belum pulih benar. Kakiku tidak bisa digunakan seperti semula hingga tulisan ini terbit.)
Aku melanjutkan perjalanan dengan speed yang sudah berkurang karena menahan sakit. Alhamdullilah aku sampai pos pendaftaran 18.17 wib.

Sedikit pelajaran yang aku petik dalam perjalanan kali ini dan semoga menjadi pelajaran juga bagi kalian semua sebagai berikut :
1.      Berjalan dengan focus, jangan terlalu mengkhawatirkan apa pun yang belum terjadi.
2.      Harus mengisi perut dengan karbohidrat yang baik contoh : Nasi, Roti, Kentang, dll
3.      Jangan berhenti terlalu lama. Saat kita hikking otomatis badan mengeluarkan keringat dan dalam keadaan baju basah, diudara dingin yang terbuka, dan berdiam terlalu lama bisa menyebabkan kedinginan yang berakibat Hipothermia
4.      Menggunakan supports untuk ankle dan knee dapat membantu agar tidak cedera.
5.      Beristirahat disaat ada waktu beristirahat untuk mengisi tenaga.

Big thanks to Mbah orang yang selalu sabar menghadapi orang lelet seperti aku. Orang yang merepotkan karena banyak mengeluh dan orang yang membuat kamu tidak bisa ngecamp di Mandalawangi. Big Thank to Solehah, makasih yang sista untuk pelukanmu, terima kasih sudah mengkhawatirkan aku, terima kasih selalu bersamaku sepanjang penjalanan ini. Terima kasih untuk Mommy, kamu orang pertama yang aku panggil ketika aku sampai Mandalawangi. Terima kasih untuk Popo, Mas Joe, Hardi, dan semua orang yang tidak bisa aku sebutkan satu – satu. Terima kasih karena kalian aku belajar banyak hal. Kalian semua hebat.

Senin, 29 Juli 2013

Underwater Paradise Karimun Jawa

            Perjalanan ini merupakan perjalanan impian kesebuah surga bawah laut yang sungguh menakjubkan. Bersama dengan seorang sahabat bernama Cika, kami memakai travel sukawisata.com.
            Tanggal 6 Juni 2013, Aku bersama Cika mulai memburu tiket bus menuju jepara. Kami mulai dari terminal Pulogadung, damn… disini banyak sekali calo padahal kami sudah masuk ke kios travel masih juga di calo harganya berbeda dengan apa yang aku konfirmasi di telepon sebelum kami hunting (Terminal ini memang semraut). Maka kami pun tanpa berpikir panjang langsung menuju terminal Rawamangun. Alhamdullilah disini lebih tertib dibandingkan terminal sebelumnya. Kami pun langsung ke kios penjualan tiket menuju jepara. Tanya – tanya harga maka kami deal membeli 4 tiket Bejeu menuju jepara. Untuk pulang kami ingin merasakan gambling. Bila masih ada tiket bus maka kami pulang dari jepara tetapi kalo apes yang terpaksa kami naik kereta dari semarang.
            Tanggal 14 Juni 2013 akhirnya tiba juga. Jam 7 malam bus pun melaju dengan kecepatan sedang menuju jepara. Review sedikit untuk bus Bejeu, bus ini sangat nyaman dengan tempat duduk yang lega, selimut, bantal, snack, dan minum. Yang minus dari bus ini adalah toilet yang sangat kecil dan kurang terawat untuk ukuran bus baru dan juga tempat makan malam yang seperti warteg berbanding terbalik dengan bus yang megah dan gagah.
            Waktu menunjukan pukul 23.25 WIB tiba – tiba bus berhenti untuk makan malam (What jam segini makan malam). Aku dan Cika memilih ke toilet dan bertanya pada penduduk setempat. Kami berdua bertanya kami berada dimana dan masih jauhkah ke Jepara. Si bapak menjawab “ini masih di indramayu dan masih jauh sampai Jepara. (What?? Sampai jepara jam berapa nih. Hati mulai ketar ketir). Setelah makan penumpang pun langsung masuk kedalam bis dan berangkat kembali tapi tak berapa lama terjadi kemacetan dan yang parah tiba – tiba bus berhenti hanya untuk sekedar menunggu bus Bejeu lainnya. Damn.. kami sedang dikejar waktu bis malah bersantai – santai kontan aku dan cika mulai panik. Ditambah kabar dari seorang teman yang mengatakan Semarang menuju Jepara memerlukan waktu 2,5 jam sedangkan kami masih di indramayu. 15 menit yang menyiksa kami harus menunggu padahal jalan di depan kami sangat sepi. Pukul 00.50 WIB perjalanan dimulai kembali, aku tak bisa tidur karena panik dan tak terbiasa dengan jalan darat yang jauh.
            Pukul 07.35 WIB kami sudah tiba di tugu selamat datang jepara disambut sang mentari yang mucul dengan malu – malu. Akhirnya kami sampai di pertigaan jalan menuju dermaga Kartini jam 9. Rencana mau jalan aku dan Cika tetapi tidak enak juga dengan pasutri muda yang membawa koper. Akhirnya kami memutuskan naik becak menuju dermaga. Sampai dermaga kami menunggu lama sekali membuatku mati gaya karena bosan. Ternyata pemberangkatan ditunda karena kapal tidak bisa berlayar. Ombak sedang meninggi jadi kapal yang dari Karimun belum bisa berangkat menuju pelabuhan Kartini. Jam 12.15 WIB Kapal dari Karimun baru bersandar di dermaga Kartini. Jam 12.30 WIB Kami baru berangkat menuju Karimun. Kami menggunakan Kapal Express Bahari dengan waktu tempuh 2 jam perjalanan. Selama dalam perjalanan alhamdullilah dipasangkan film Fast Furious 6 sehingga aku tidak bosan. Jam 14.30 WIB akhirnya kami sampai.. 
Teman gokil ngebolang
Finally kami melihat keindahan ini subhannallah indah sekali begitu sangat jernih dan kami disambut dengan ikan kecil – kecil di dekat dermaga. Tanpa pikir panjang dan bergerak cepat kami sampai penginapan langsung ganti baju dan melanjutkan perjalanan kami menuju Pulau Menjangan Kecil.
            Dalam perjalanan menuju Pulau Menjangan Kecil kami disuguhkan makan siang. Maka kami pun makan di atas perahu kecil ini. Sungguh berbeda rasanya. Dalam perjalanan aku bertanya pada guide kami untuk beberapa spot karena aku ingin mengejar sunrise dan sunset yang berbeda di sini. Aku berhasil melakukan survey sebelumnya yang mengatakan sunrise yang bagus ada di Bukit Gajah sehingga kami harus trekking terlebih dahulu. Tapi menurut mereka disana masih banyak hewan buas seperti ular. Oh my good ular no way. Sehingga iya memberikan sedikit gambaran dan rencana untuk kami lakukan di hari ketiga karena hari itu kami bebas dari kegiatan.
Tak berapa lama kami pun sampai di Pulau Menjangan Kecil dan lanjut untuk snorkeling. Selama snorkeling aku hanya menggunakan pelampung dan kacamata renang minus. Aku tidak menggunakan snorkel karena snorkel sudah terpasang dengan Googlenya. Alhasil membuatku agak sedikit takut untuk turun tetapi aku paksakan. Masa sudah sampai sejauh ini aku tidak snorkeling ucapku dalam hati. Dan akhirnya aku berenang ke laut. Sungguh indah walau napas sedikit susah. Matahari mulai turun sehingga kami harus segera kembali naik kapal dan melanjutkan perjalanan ke Pulau Ujung Gelam. Matahari mulai kembali ke peraduaannya ketika kami sampai Pulau Tanjung Gelam. Disini kami hanya sebentar karena waktu tak memihak kami. Setelah matahari telah sempurna terbenam kami melanjutkan perjalanan menuju penginapan.
Me and sunset at Tanjung Gelam
Malam ini kami tak dapat makan malam karena tadi siang kami dapat makan yang seharusnya untuk makan malam. Jadi kami meluncur menuju Alun – alun Jepara. Wow disini banyak makanan sehingga kami bingung dan akhirnya memutuskan makan seafood yang paling ramai. Karena ramai, pesanan kami terambil oleh pesanan orang lain yang membuat banyak pelanggan complain dengan pemilik warung maklum pemilik sudah tua. 2 jam pun berlalu akhirnya pesanan kami datang juga. Ingin rasanya tidak mengambil orderan ini tapi apa mau dikata. Mau marah juga sudah tidak ada tenaga. Akhirnya kami semua yang sejak tadi sudah menunggu dengan perut keroncongan, kami makan malam di hamparan rumput ditemanin bintang – bintang dilangit dengan lahap. Dari mulai memesan dengan ramai pengunjung hingga selesai makan dengan sepi sunyi. Ngga lagi – lagi deh makan disitu. Sebenarnya ada tempat makan yang enak untuk seafood cuma kurang ramai karena seperti bukan dagang seafood. Warungnya terletak di pinggir lapangan dekat dengan warung seafood yang kami jajaki hari ini. Damn..
            Hari kedua dimulai dengan cuaca mendung damn. Alhamdullilah jam 8 hujan sudah reda. Kami pun akhirnya berangkat menuju Pulau Tengah. Disini aku sangat suka sekali. Air laut yang terkena matahari seperti butiran berlian di hamparan pasir sungguh cantik. Tak berapa lama gerimis pun turun dan awan mendadak menjadi gelap. Berlian yang tadi berubah menjadi seperti tentara – tentara kecil di mataku. Wow cuaca berubah secepat itu dan pandanganku seperti ilusi.
            Akhirnya kami sampai di Pulau tengah dan turun di spot yang ditentukan dengan cuaca gerimis.Akhirnya kami pun turun dan sungguh indah spot disini. Tak lama kami pun pindah spot di Pulau Kecil. Disini tak kalah bagusnya. Sangat pas bila Karimun Jawa di sebut surga bawah laut. Aku sangat senang melayang – layang di atas air hilir mudik untuk mengejar kawanan ikan yang sangat cantik. Aku ingin sekali foto bersama ikan – ikan yang mengerumini tapi malah ngga bisa. Huhuhu… Sedih. Tapi tempat ini sangat bagus banyak sekali ikan – ikan yang cantik.

Me in underwater paradise
Sorry crop *red
Ikan - ikan yang cantik
Terumbu karang yang indah
Kami pun makan siang di Pulau Tengah. Disini sangat indah dengan ragam warna air laut. Disini aku mencoba berenang tanpa pakai kacamata dan pelampung alhasil mataku perih karena terlalu asin airnya. Disini kami disuguhkan ikan bakar langsung dari laut. Sungguh sangat nikmat makanan disini memang berbeda rasanya. Makan di atas hamparan rumput dan pohon kelapa dengan nasi, ikan bakar, kangkung, dan sambal. Hmm yummy.
Turun dari kapal untuk makan siang
Anak ilang sibuk foto dan main pasir di pantai
Makan siang yang nikmat
Aku dan gradasi warna air laut yang cantik
Anak ilang meratapi nasib. wkwk
Bebas lepas dengan segala keceriaan
Dikerjain dengan disuruh lompat. Keceriaan yang tak terlupakan
            Setelah makan siang yang sangat enak kami melanjutkan menuju spot selanjutkan ke Pulau Menjangan Besar. Sebelum kami menuju Pulau Menjangan Besar kami melalui Pulau Gosong tapi ini sudah tak nampak karena sudah terabrasi. Akhirnya kami pun sampai di Pulau Menjangan Besar disini yang sangat keren. Aku berfoto dengan ikan balon dan penyu tetapi tak bisa masuk kolam hiu karena tidak dianjurkan untukku dan Cika. Huhuhu..
          Lalu kami pun melanjutkan perjalanan ke Jembatan Elizabet. Wow disini sudah banyak orang. Tapi memang bagus disini tapi lebih bagus hari kemarin cakrawalanya. Lalu kami pun pulang dan kembali ke penginapan. Makan malam kali ini disediakan dan kami pun tetap saja berjalan – jalan ke Alun – alun karena kami ingin bertemu dengan yang lainnya merencanakan perjalanan kami besok. Dan rencananya sudah diputuskan jam 5 pagi sudah siap untuk mengejar sunrise di Nirwana Resort, Joko Tou melihat bangkai paus yang besar dan landscape setengah pulau Karimun Besar dari sana, Air Terjun Pongkar disini wisata religi, Bukit Cinta, Landasan Udara Dewa Daru, Pelabuhan, Trekking Mangrove, Rumah Adat Bugis, Trekking Adventure.
Sunset
Me and sunset
Foto yang paling aku suka
sunset at hidden paradise. I miss that moment
Kapal merapat di jembatan elizabeth
Sunset at Jembatan Elizabeth
            Hari ketiga, Kami semua sudah bangun jam 5 pagi tetapi cuaca tak mendukung. Hujannnn tetapi alhamdullilah jam 8 hujan pun berhenti dan kami melanjutkan perjalanan darat yang pertama kami tuju adalah tempat terjauh yaitu Trekking Adventure. Tempat ini sungguh indah dan belum terjamah, masih sepi dan asri. Dalam perjalanan tiba – tiba aku terjatuh membuat tumitku terluka. Membutuhkan 2-3 minggu untuk recovery dan membuatku tak bisa menggunakan sepatu. Huhuhu.
            Setelah dari sana kami melanjutkan Trekking mangrove walau hanya diluarnya saja. Dan melanjutkan kembali perjalanan melewati Landasan Udara Dewa Daru. Kami sedang mengejar waktu agar tak tertinggal kapal tetapi musibah menimpa kami. Mobil yang kami sewa mogok karena kanvas remnya habis dan mengeluarkan bau tak sedap. Alhamdullilah sebuah truk pengangkut pasir lewat dan si bapak pemilik mobil meminta tumpangan untuk kami. Disini yang aku saluti dari tempat ini. Meski tempat ini sangat luas tetapi dari ujung ke ujung penduduknya saling kenal layaknya satu desa yang berdekatan.
            Kami pun harus mengatakan say good bye untuk Underwater Paradise Karimun Jawa jam 15.00 WIB menggunakan Kapal Express Bahari dan kami di sapa oleh beberapa cumi – cumi laut yang transparan. Sedih pengen kesana lagi.
Aku dan pohon kembar
            Jam 5 kami sampai di Dermaga Kartini dan langsung menuju terminal Jepara. Alhamdullilah kami dapat bus meski itu PO. Shantika bukan Bejeu. Sedikit Review untuk PO. Nusantara. Meski bangku disini tak seluas Bejeu tapi tetap nyaman. Plus Tempat makan malam PO. Nusantara sangat modern dan bagus, Toilet terawat dan bersih, juga terdapat selimut. Minus no snack air mineral, dan bantal. Dan yang aku salut dari PO ini ketika ada seorang penumpang yang tiba – tiba duduk di bangku belakangku merokok, Cika pun menegur sang bapak tapi tak di gubris hingga akhirnya sang kernet menegur sang Bapak dan mempersilahkannya merokok di depan bus dan langsung menyemprotkan pengharum sehingga napas kami kembali lega.
            Sekian cerita dan review untuk Underwater Paradise Karimun Jawa. Sungguh sangat menyenangkan dan indah. Membuat aku ingin kembali lagi kesana suatu hari nanti. 

Selasa, 28 Mei 2013

Switzerland of Java.. Mt. Papandayan.. Perdana mucuk berakhir ketagihan

Ajakan pertama ini datang dari seorang sahabatku yang ingin sekali ke papandayan. Persiapan dilakukan dengan ala kadarnya. Bermodal sandal gunung, Sleeping Bag, Body pack, dan tak lupa tentengan makanan. Keadaanku kurang sehat sempat berpikir untuk mengcancel perjalanan ini tapi aku urungkan niat. Aku hanya membawa obat seadanya (terutama obat batuk karena sedang batuk). Jam 7 malam kami bertemu di terminal senen menuju Kp. Rambutan. Bus berjalan sangat lambat membuat kami berdua deg deg an karena takut terlambat. Akhirnya sampailah kami di Kp. Rambutan, sempat malu tanya apakah kami berada di tempat yang benar atau bukan. Akhirnya TS pun datang menghampiri kami dan mempersilahkan kami bergabung dengan yang lainnya. Tetapi bukannya bergabung kami malah menjauh karena minder. Minder karena yang lain benar - benar seperti ingin naik gunung dengan bawa carrier segede - gedenya sedangkan kami membawa body pack dan tentengan. Rasa ingin kabur hinggap kepada kami tapi kami urungkan karena kami ingin melakukan perjalanan ini. Sekitar jam setengah 11 malam bus meluncur menuju SPBU di Tanjung Garut.

Jam 3 dini hari pagi kami sudah sampai di SPBU Tanjung Garut, Kami tidur sebentar di mesjid sambil menunggu solah subuh. Matahari pun menyapa kami dengan sinarnya yang lembut dan kami melanjutkan perjalanan kami menuju basecamp menggunakan 2 mobil pick up. Jalan yang kami lalui setelah tugu selamat datang kec. cisurupan benar - benar off road. Perjalanan menanjak karena kelebihan berat sehingga beberapa orang harus turun berkali - kali hingga akhirnya kami sampai di Basecamp.

Narsis dulu di Basecamp sebelum trekking
Entah jam berapa kami semua mulai trekking.. Medan yang kami lalui berbatuan dan berkerikil jadi licin. dalam perjalanan aku melihat satu keluarga dengan membawa putri mereka yang berumur 2 tahun. Ya Allah anak sekecil itu aja bisa kenapa aku tidak. Dengan semangat yang ada aku mulai jalan sedikit demi sedikit sambil sesekali berhenti untuk berfoto - foto (alesan aja padahal pengen istirahat).

Start Trekking by Cika

Little family with litte angel by Cika
Perjalanan dilanjutkan dengan membawa beban, perjalanan begitu terasa berat kupikir Ijen berat dengan kemiringan 25-35 derajat dan medan berpasir ternyata ini lebih berat karena beban yang harus dibawa - bawa sedangkan ke ijen aku tidak membawa apa pun. Di persimpangan kami bertemu dengan kang denz selaku TS (maklum ketinggalan rombongan) dia menunjukkan jalan, kami menaiki jalan berbatuan dengan kemiringan sekitar 45 derajat dengan medan berbatuan. 

Menuju Hutan mati by Cika
Menurutnya setelah kami melewati jalan ini kami akan bertemu dengan hutan mati dan jalanan akan landai hingga pondok seladah (ini yang jangan dipercaya sama pro hikking. landai apanya masih banyak tanjakkannya -,-"). Lama - lama banyak yang mulai gontai dan kelelahan sehingga kami sering berhenti untuk beristirahat. Kang denz pun selalu berkata 15 menit lagi kita sampai di pondok seladah (ini yang jangan dipercaya juga sama pro hikking. Memang maksudnya biar menyemangati kami yang para pemula). Dia juga selalu berkata lurus terus belok sedikit kita sampai (-,-" maksudnya tetap untuk menyemangati kami agak kami tetap kuat)

Akhirnya setelah berjuangan dengan keras kami sampai juga di pondok seladah dan ada beberapa teman yang sudah mendirikan tenda bahkan sudah ada yang mulai memasak makan dan membuat minuman hangat. Setelah selesai beristirahat dan makan siang, kami semua sempat berfoto - foto di belakang tenda.

Aku dan cika di dalam tenda
Sore sebelum maghrib tiba aku, Cika, dan Silfi sempat turun ke toilet. Disini sudah berdiri MCK seadanya kami sempat turun ke MCK yang di bawah melewati aliran sungai kecil disini aku terpleset karena licin. Damn... dasar orang tidak bertanggung jawab. Masa MCK umum seperti ini masih ada pembalut dengan darah (yakzzzz... jorok banget) walau darahnya sudah hilang tapi masih berbecak. -,-". (Tolong doang hargain alam dan buang ketempat yang seharusnya malu loh).

Malam pun datang menyelimuti kami semua. Malam ini kami membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh kami sambil berkenalan satu sama lain (ini yang membuat aku senang). Dan malam ini kami disambut dengan ribuan bintang dilangit yang menghiasi malam ini. Taburan bintang yang sangat banyak seperti butiran gula yang ada di langit. 

Api ungun by Ajeng Dwi Indriyani
Langit malam ini penuh taburan bintang by Faldhy Boer
Ada beberapa orang yang kembali ke tenda untuk tidur tetapi aku melanjutkan bersama mereka yang masih merapat di api unggun. Mereka banyak cerita hingga cerita mistis (ini yang aku tidak suka). Entah kenapa aku merasa ada yang aneh bahkan sempat merinding hingga malam pun mau ke MCK merasa ada yang perhatikan ngga mau berpikir apa - apa tapi terlintas hingga ngga bisa tidur dalam tenda. Aku sempat merasakan getaran seperti gempa tapi tidak bisa tanya siapa - siapa karena yang lainnya sudah tidur. Dan aku sempat membuka tenda beberapa kali. Pertama entah jam berapa aku membuka tenda karena mendengar ada suara ketawa orang tapi pas di cek ngga ada orang aku langsung cepat menutup tenda dan kembali tiduran diantara teman - teman.. yang kedua kalinya aku membuka tenda karena ada suara jalan orang karena penasaran aku buka kembali tetapi hari masih gelap dan ada satu orang lewat di depan tenda. Masih sama takut aku kembali kedalam dan aku benar - benar bangun ketika dari tenda milik kang denz memasang musik keras - keras menandakan sudah ada kehidupan.

Jam 5 pagi kami semua berjalan ke hutan mati mengejar sunrise.. disini sangat indah seperti di switzerland ketika kabut turun dan menyisakan warna putih. Setelah kabut mulai menghilang kami kembali ke pondok seladah untuk sarapan dan melanjutkan perjalanan menuju puncak. Sebelum itu kami merasakan gempa dan ini persis sama seperti semalam yang aku rasakan. Perjalanan ke puncak butuh usaha extra keras dari mulai menyusuri hutan kecil di pinggir tebing hingga kami harus manjat batu - batuan besar seperti orang sedang wall climbing (track ini seingat aku bernama Tawang Angin sempat tanya TS di bus. Tapi maaf kalau salah deh soalnya tanya TS lagi katanya jalan berbatuan aja). Akhirnya dengan usaha yang kuat kami semua sampai di Tegal Alun (Padang Edelwis). Disini indah dan sepanjang mata memandang hanya ada edelwis. Kami sempat berfoto dan foto yang tak akan pernah aku lupakan adalah foto tiduran di padang edelwis. Foto ini membuat kulitku terbakar (asli perih dan ngelupas).

Sunrise by Faldhy Boer (Suka banget sama foto ini)
Siluetku bareng teman setenda by Cika
Siluetku with my best friend by Cika
Dead Forest by Ajeng Dwi Indriyani
Aku dan Dead Forest by Cika (Suka dengan foto ini thx ciki)
Ini jalan berbatuan menuju tegal alun
Pondok Seladah dari atas by Cika
Lingkaran panas, peloncoan, dan pembantaian by Cika
Setelah puas kami melanjutkan perjalanan menuju pondok seladah untuk packing. Kami melewati tanjangan mamang. Akhirnya selesai packing kami semua sempat berfoto bersama sebelum meninggalkan pondok seladah dan berdoa sebelum kembali turun. Kami turun melewati jalan yang berbeda bukan turun dari hutan mati melainkan turun dari samping tebing. Lewat jalan ini banyak sekali keindahannya mungkin ini yang disebut oleh orang - orang Little pieces of heaven. Aku bertemu dengan banyak pemandangan alam termasuk air terjun kecil (kesukaanku).

Getaran yang dirasakan semalam dan pagi tadi benar - benar gempa sehingga pendakian ditutup dan papandayan dinyatakan siaga. Kalau saja kawah yang akan kami lalui ditutup maka kami semua terpaksa melewati pengallengan dan sempat bertanya dengan warga setempat yang ingin ke pangallengan membutuhkan waktu 6 jam (What??? Arghhh) Mereka 6 jam kami pendaki pemula bisa 12 jam.

Narsis dikit di tebing by Cika
Ketika turun di kawah banyak yang terpleset mulai dari aku yang akhirnya di tolong rumi (Big thanks buat rumi), Iqbal dan Cika. Akhirnya kami sampai basecamp dan melanjutkan perjalanan pulang.

Family Picture by Ajeng Dwi Indriyani
Walau banyak cerita yang membuat aku sempat ketakutan itu tak menyurutkan aku untuk bisa mucuk lagi. Semoga dilain kesempatan aku bisa kembali mucuk lagi bersama kalian teman - teman. Kenangan yang tak akan pernah terlupakan. Aku jatuh cinta pada papandayan. Terima kasih untuk semua pengalaman dan pelajaran yang aku dapat dan mohon maaf bila aku ada salah kata dan perbuatan.

Senin, 27 Mei 2013

Perjalanan pertama dari BPI (Backpacker Indonesia) with Erika Widyasari

Untuk pertama kalinya aku berkenalan dengan situs BPI (Backpacker Indonesia) dengan modal nekat bersama seorang teman aku melakukan perjalanan Backpacker perdana kami. Kami ikut trip ke MADAKARIPURA - IJEN - BALURAN - BROMO 29-31 MARET 2013 By Jongjava. Dengan semua persiapan seadanya dengan tiket kereta ekonomi di tangan dan kereta bisnis untuk pulang (tidak kebagian tiket ekonomi dari surabaya karena long weekend... sedih tapi dari pada harga pesawat pasti lebih mahal lagi).

Setelah selesai kerjaan dan ijin pulang cepet dari bos. Pukul 14.30 WIB kami berdua jalan menuju st. pasar senen. Alhamdullilah kereta belum tiba dan 5 menit kemudia kereta yang kami tunggu akhirnya datang dan kami bergegas menaiki kereta karena tak ingin telat. Tidak berapa lama keretaku mulai melaju dan ada beberapa orang yang ketinggalan kereta dan tak bisa naik lagi karena kereta sudah jalan.

Mba ika dan Aku di kereta jkt-sby by Erika Widyasari

Jam 7 Pagi kami sampai di st. pasar turi.. ini melebih jadwal yang tertera di tiket. Kereta kami telat karena ada insiden di semarang, kereta yang kami tumpangi berhenti lama karena ada sekitar 27 orang yan kedapatan mempunyai tiket bukan tiket miliknya (aka. beli di calo) otomatis mereka terpaksa mengurus dan membeli tiket lagi. Setelah bersih - bersih di toilet stasiun kami bertemu dengan 3 orang teman yang satu kereta dengan kami. Sebelumnya kami hanya berkenalan by WA (Whats app). Lalu kami melanjutkan perjalanan ke meeting point di Taman Pelangi - Dolog. Akhirnya kami sampai juga di meeting point dan kami memang terlambat tapi bukan yang terakhir... Sambil menunggu yang lainnya berkumpul kami berkenalan satu sama lain.

Meet the traveler by Ghina Aliya
Setelah semua kumpul kami berangkat dengan 2 ELF. Kami melanjutkan tujuan pertama kami ke Madakaripura tetapi dalam pejalan kami disambut dengan hujan deras. Beberapa review sebelum melakukan perjalanan ini, kita tak akan bisa kesana kalau hujan lebat karena takut akan terjadi longsor. Tetapi Angga (Selaku TS) sempat bertanya dengan 2 orang polisi yang menjaga tempat itu dan mereka menyatakan Madakaripura aman. Kami melanjutkan perjalanan di tengah guyuran hujan ELF yang kami tumpangi berjalan dengan perlahan tetapi pasti. Hujan tak berhenti alhasil jalan yang kami lalui sudah seperti aliran sungai kecil sangat menakutkan dan membuat jantung siapa saja dag dig dug karena kami ada di ketinggian sekitar 620 mdpl dimana disisi kanan kami terdapat jurang. Hal yang paling menegangkan adalah ketika terdapat mobil dari arah berlawanan mau melewati mobil kami dan jalan yang ada hanya cukup untuk 1 mobil. dengan hati - hati dan sopir yang cekatan, alhamdullilah kami selamat. Tak berapa lama kami sudah bertemu dengan patung gajah mada yang sedang menghunuskan pedangnya ke arah langit itu berarti kami sudah sampai dan cuaca mulai bersahabat  hanya tinggal menyisakan gerimis.

Lalu kami mulai menapaki jalan setapak dengan memakai rain coat tapi tidak berapa lama jalan setapak itu tidak ada dan harus berganti melewati beberapa kali anak sungai... Menurut review yang ku baca.. memang dulu jalan setapak ini telah dibangun tetapi karena ada banjir bandang jalan setapak yang semula ada terpaksa hilang karena kekuatan alam yang maha dahsyat.. Selama perjalanan aku mengalami beberapa kali kram dan jatuh terpleset karena jalan yang dilalui sangat licin.

Trekking yang dilalui by Dedhy Baroto Trunoyudho
Tetapi tempat ini begitu sangat indah apalagi ketika kami ingin naik ke air terjun utama kami harus berusaha naik seperti sedang wall climbing tapi ketika di atas sungguh maha Dahsyat aku hanya bisa berucap "Allahhu Akbar".

berfoto bersama mba ika by Erika Widyasari

aku merasa bebas dan bahagia by Erika Widyasari
Setelah puas berfoto aku sempat melihat beberapa orang di rombongan turun (ternyata salah, mereka malah naik). Aku dan mba ika memutuskan untuk turun terlebih dahulu karena kami pikir yang lain telah turun tetapi kami malah menyusuri jalan pulang sendiri berdasarkan ingatan pada saat kami berangkat dan hampir nyasar. Alhamdullilah ketemu dengan rombongan bapak - bapak yang bekerja di daerah Surabaya mereka yang membantu kami menyusuri sungai yang berarus deras. Walau sempat kram dan terpleset lagi itu tak menyurutkan rasa kagumku pada tempat ini.

Dalam perjalanan pulang ada hal aneh yang aku rasakan tapi lebih baik aku diam. Aku merasa seperti ada yang sedang mengawasiku tapi aku tak ingin berpikir yang aneh - aneh maka aku mulai berdzikir dalam hati. Alhamdullilah akhirnya kami bertemu dengan patung patih gajah mada sedang bersemedi yang bertanda kami sudah sampai. Tetapi ketika berjarak beberapa langkah dengan patung tersebut kakiku seperti ada yang mengganjal. Aku pikir batu yang terselip di antara sendal gunung yang aku gunakan tetapi bukan. Ada memar dikakiku dan rasa sakit itu seperti ada batu di dalam kakiku. Subhannallah rasa sakitnya.

Niat berfoto di patung ini tapi harus rela menahan sakit by Erika Widyasari
Mba ika menyarakan aku untuk diam disana dan ia mengambilkan baju untuk kami di mobil. Tetapi pikiranku mengatakan aku harus bisa mencoba bila tidak akan sakit selamanya. Sambil terseret - seret menahan sakit aku menyusul mba ika ke mobil dan langsung menuju kamar mandi. Setelah berada dikamar mandi yang tidak jauh dari patung itu kakiku membaik, tidak ada rasa sakit bahkan memar pun hilang. Hingga sekarang aku tak mengerti apa yang terjadi biarlah menjadi teka teki.

Setelah selesai semuanya kami melanjutkan perjalanan ke Kawah Ijen. Sekitar jam setengah 2 pagi kami sampai di pelataran parkir. Angga mengumumkan bahwa kami akan mulai trekking jam 2 pagi. Jadi kami punya waktu hanya setengah jam untuk bersiap - siap. Aku mencoba buka pintu ELF untuk melihat keadaan diluar. Wuzzzzzz... angin berhembus dan menembus hingga ketulang - tulang meskipun aku memakai jaket tebal. Tiba - tiba ada pengumuman kalau jadwal trekking kami berubah menjadi jam 3 pagi karena habis hujan sehingga belerang yang ada di kawah bisa menjadi racun bila kami naik sesuai jadwal awal.

Jam 3 kami berkumpul semua, sebelum berangkat kami berdoa terlebih dahulu kemudian perjalanan dimulai. Awal perjalanan sangat mudah dan tergolong landai. Baru beberapa menit medan yang kami lalui berubah menjadi tanjakkan dengan kemiringan yang mulai bikin aku kewalahan dan medan berpasir yang membuatnya licin. Sehingga aku dan mba ika selalu menjadi orang yang terakhir. Ini diluar perkiraanku sebelumnya (kalau tau begini mening latihan dulu deh). Dengan susah payah dan tekad yang kuat aku tetap berusaha alhamdullilah setelah semuanya kami menemukan jalan landai juga. Benar - benar landai bahkan bisa aku bilang jalan datar. Entah jam berapa kami sudah sampai di bibir kawah. Sambil melihat - lihat keindah alam yang maha dahsyat, kami semua bergantian untuk solat subuh. Ini adalah kenangan yang tak akan pernah aku lupakan. Solat subuh disini subhannallah sungguh nikmat bahkan sulit untuk aku ucapkan perasaan itu. Tempat ini tak ada duanya. Dan menurut seoarang teman bahwa api biru hanya ada dua di dunia dan kawah ijen salah satunya.

by Erika Widyasari

Selamat Datang di Kawah Ijen by Erika Widyasari


Aku dan teman2 BPI by Rusyda Arini
Setelah selesai menikmati indahnya pemandangan yang luar biasa kami semua kembali turun dan disini aku baru bisa menyaksikan bahwa medan yang aku lalui subhanallah bikin capek. Tapi tetap walau capek terbayar lunas dengan keindahan yang luar biasa maha dahsyat. Turun aja bisa seluncuran gimana naik pasti ngesot (hahahaha itu yang ada dibenakku).

Ketika kami sedang makan di warung yang ada di parkiran, kami bertemu dengan sepasang bule berasal dari england (kalau ngga salah ingat). Mereka sangat suka dengan Indonesia bahkan mereka telah datang kemari sebelumnya. Mereka mengagumi Kawah Ijen dan ini adalah kedatangan mereka yang kedua kalinya. (So kawan tak ada alasan bagi kita tak mencintai Indonesia dengan keanekaragaman alamnya yang maha dahsyat. Orang bule saja cinta dengan bumi pertiwi kita. Ayo lestarikan bumi ini dan kembangan pariwisatanya).

Lalu kami lanjutkan ke Taman Nasional Baluran (Little Africa of Java) Dari pintu masuk hingga mencapai Savana Bekol jalan yang kami lalui benar - benar off road mengocok perut. Tapi pemandang disini sungguh sangat indah seperti bukan di Indonesia. Aku seperti berada di Afrika dengan cuaca yang panas menyengat berbanding terbalik ketika aku di Madakaripura dan Ijen. Setelah puas kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Bama yang masih satu kawasan. Disini kami trekking Mangrove, aku baru melihat tempat berkembang biaknya mahluk - mahluk laut di hutan bakau ini. Disini sangat indah walau pun aku terlalu worry sama monyet karena pengalaman tidak menyenangkan di Bali. Ternyata aku salah, monyet - monyet disini berbeda dengan di Bali. Monyet disini lebih bersahabat dengan manusia.

Family picture paling lengkap by Monicka Syukriya
Hari mulai gelap dan matahari mulai balik ke peraduannya tetapi kami tak bisa liat sunset disini karena kami harus melanjutkan perjalanan selanjutnya yang lumayan jauh. Okey Last Destination : Bromo (Ini adalah puncak acaranya. Tempat yang ingin mba ika dan aku datangi). Akhirnya kami sampai di Balai Desa dan menunggu Jeep yang telah di sewa. Jam setengah 4 pagi kami melanjutkan perjalanan menggunakan jeep. Udara disini dingin walau tak sedingin di Ijen. Hari masih gelap dan udara dingin membuat kami terkantuk dan dalam perjalanan ke penanjakkan sesaat aku tertidur tetapi dalam tidurku seperti ada suara bapak - bapak sudah tua berbisik padaku dengan bahasa jawa (ngga ngerti bahasanya) akhirnya aku mencoba bangun mungkin itu suara supir tetapi tak ada yang bicara bahkan orang - orang tertidur kecuali supir maka aku tertidur kembali dan disini ada suara itu lagi berulang kali aku memastikan suara tersebut tetapi tak mengetahuinya hingga akhirnya aku mencoba untuk terjaga dan berdzikir kembali hingga akhirnya kami sampai di tempat jeep - jeep berhenti.

Kami naik ke sebuah bukit awalnya aku berpikir dalam hati tolong jangan nanjak lagi sudah tidak kuat lututku. Tapi alhamdullilah itu bukan tanjakkan yang menguras tenaga karena kami tidak naik ke penanjakkan 1 atau pun 2. Setelah melihat sunrise kami melanjutkan ke bukit teletubies. Dalam perjalanan ini aku terkagum - kagum oleh sang supir. Bagaimana bisa tanpa arah, tanpa papan petunjuk mereka tau arah ke bukit teletubies sedangkan cuaca disini sedang turun kabut dengan pekatnya dan padang pasir yang sangat luas. Akhirnya kami sampai di bukit teletubies, sangat indah dan kontras. Disini terdapat banyak tanaman hijau dan berbukit sedangkan sebelumnya kami melalui padang pasir tanpa ada tanaman. Setelah puas kami lanjutkan ke pasir berbisik. Subhanallah disini indah sekali, jejeran bukit pasir ini sungguh mengkilat bagaikan sebuah lukisan dan pasirnya berderu di tiup angin seperti sedang berbisik pada siapa saja yang menghampiri. Kami tak berlama - lama disini karena hari makin siang dan waktu kami hampir abis. Kami lajutkan ke Kawah Bromo.

Dari start jalan hingga kawah butuh perjuangan extra keras karena dengkul uda di bawa jalan berhari - hari. Terima kasih untuk ibu bidan (Candra Nugraheni) atas semangatnya. Dengan tekad yang luar biasa menyusuri anak tangga yang ada untuk mencapai bibir kawah. Walau sempat berkali - kali istirahat hanya untuk mengambil napas, minum, dll. Dan terima kasih atas semua support kalian semua teman - teman yang sudah sampai duluan di atas kawah. Akhirnya aku mencapai kawah dan dari atas sini aku bisa melihat keindahan yang tiada tara. Tak berapa lama kami langsung turun dan dalam perjalanan aku sempat menghitung anak tangganya sehingga mba Ghina Aliya mengajak aku ngobrol sempat aku cuekin (maafin yah mba). Karena penasaran sama anak tangga dan fokus sama jalan yang licin dipenuhi pasir jadi mba Ghina dicuekin. (bener - bener minta maaf). Jumlah anak tangga yang berhasil aku hitung adalah 246 anak tangga. Setelah itu kami berfoto dan kembali pulang.

Family Picture by Elvian H. Barus
Aku dan Mba ika di bukit teletubies by Erika Widyasari
Family Picture at Pasir Berbisik by Monicka Syukriya
246 anak tangga menuju kawah bromo by Erika Widyasari
Pura Bromo by Erika Widyasari

Narsis dulu sebelum kembali pulang by Monicka Syukriya
Ini perjalanan perdanaku dengan BPI, dengan orang baru dan mendapat teman baru. Bikin ketagihan ngetrip lagi yang pasti senang punya teman baru dan pengalaman baru. Terima kasih atas semua orang yang telah mendukung terutama untuk mba Erika Widyasari. Dan mohon maaf kalau ada salah kata dan salah perbuatan untuk semuanya. Semoga dilain kesempatan kita bisa bertemu dan ngetrip bersama.